Selasa, 01 Desember 2015

Editorial: Narasi Bersama Di Balik Kata “Lawan”

KabarKobar-Idiom “lawan’ yang dipopulerkan oleh HM.Sofhian Mile saat kampanye akbar SMILESUKA beberapa hari lalu mendapatkan respon yang positif dari masyarakat. Walaupun banyak tafsir atas kata ‘lawan’ tetapi hampir semua pendukung SMILE-SUKA sepakat bahwa hal itu merepresentasikan situasi politik yang sedang terjadi. Apalagi, cercaan fitnah yang dialamatkan pada kubu SMILE-SUKA memang bukan lagi rahasia umum. Tetapi menjadi salah satu materi inti dari isi kampanye paslon lain, 02/11/2015.



Kata lawan sendiri adalah ungkapan dari pada kehendak menyatakan ekspresi kebebasan, kemerdekaan, dan aspirasi untuk keluar dari keterkungkungan. Demokratisasi memang mensaratkan ruang publik, kebebasan berpendapat dan memilih kandidat berdasarkan hati nurani. Tetapi ia dibatasi pada sikap negativisme, misalnya kampanye hitam, penghinaan, fitnah dan caci maki.

Batasan terhadap tindakan destruktif telah diatur secara tegas dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) Nomor 7 tahun 2015, bahwa setiap kandidat masing-masing hendaknya mempraktikan politik santun bermartabat dengan tidak menyebarkan fitnah. Tafsir atas perihal tersebut untuk menghindari eksploitasi terhadap kandidat lain sebagai cara mendulang dukungan. Diharapkan, agar proses penggunaan hak pilih maupun dipilih dalam pemilukada, hendaknya menjunjung tinggi tanggung jawab kolektif untuk menjaga persatuan dan perdamaian. Bukan atas nama “uang” menghalalkan segala cara.

Lahirnya kata “lawan’ bukan datang dari “ruang hampa” tetapi adalah ingatan bersama. Selama putaran resmi tahapan pemilukada, berbagai serangan negatif yang dialamatkan secara personal-bahkan tubuh pada pasangan calon SMILE-SUKA oleh paslon lain mencerminkan pelanggaran etika, nilai konstitusi demokratisasi langsung. Materi serangan bahkan keluar dari substansi kontestasi politik dan cenderung menjurus pada penghinaan pribadi. Dari sini hak yang dimiliki oleh kandidat SMILE-SUKA telah dilanggar di depan umum. Sayangnya, tindakan atau koreksi dari perangkat penyelenggaran pemilu tidak melihat itu sebagai suatu pelanggaran etis pada substansi demokratisasi.   

Walaupun demikian, proses pendewasaan politik menjadi salah satu alasan. Kubu SMILE-SUKA hampir, atau nyaris tidak membalas serangan hitam semacam itu. Padahal, peluang untuk melakukan tindakan destruktif yang sama bisa saja dilakukan. Panitia pengawas pemilu yang harusnya menjadi wasit untuk mengontrol hal-hal semacam itu. Tetapi sejauh ia dipraktikan, penyelenggara dan pengawas tidak bisa menerjemahkan pelanggaran itu sebagai substansi, bukan pelanggaran tekhnis pelaksanaan.

Saat kampanye akbar digelar, pada momentum itulah M.Sofhian Mile dan Sukri Djalumang, dihadapan 15 ribu pendukungnya menyeruhkan agar rakyat melawan segala macam fitnah atau kehendak negatif yang dilancarkan oleh lawan. Perserteruan paradigmatik harus dilancarkan bukan sebagai serangan destruktif tetapi meluaskan edukasi politik sebagai substansi demokratisasi. Kata “lawan’ menjadi sintesa untuk membuka tabir hitam politik destruktif oleh kandidat lain; yang notabene adalah pemilik modal-kapitalis.

Persis, tiga kali, M.Sofhian Mile meneriakan kata ‘lawan’ sebanyak itu pula gemuruh suara rakyat menggetarkan lapangan Persibal. Ribuan perempuan perdesaan, dan kaum tani yang hadir dalam Kampanye “Akbar” meneteskan air mata tanda haru dan simpati. Sikap heroisme dan keberanian yang ditunjukkan oleh M.Sofhian Mile sebagai penanda bahwa serangan hitam lawan politik harus dijawab dengan edukasi politik.

Ia menyatakan,” jangan biarkan harga diri kita, tanah air kita ini, diinjak-injak, kehormatan kita semua sedang terancam oleh ambisi pemilik modal yang ingin menguasai sendi-sendi kekuasan,”ujarnya. Mereka melancarakan serangan hitam lewat pesan yang isinya mengandung fitnah, caci maki, dan pemutarbalikan fakta. Seruan perlawanan yang disampaikan oleh pasangan SMILESUKA hendaknya diwujudkan dengan memastikan pilihan pada tanggal 9 Desember, 2015. Satukan pilihan dalam barisan SMILE-SUKA dengan mencoblos nomor urut 1 adalah cara yang tepat untuk mengekspresikan perlawanan secara santun. Mari berlawan! Satukan Pilihan (tim)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar