Sofhian Mile Ba Torney, 2015 |
Kabar
Kobar- Musim kemarau panjang yang melanda Kabupaten Banggai mengakibatkan
munculnya beragam masalah kebutuhan dasar masyarakat. Beberapa wilayah seperti
Pagimana, Bunta, dan Nuhon mengalami kekeringan yang parah. Desa Jaya Bakti,
pemukiman padat Bajau, mengalami kekurangan air yang sungguh serius. Sementara
itu, daerah pertanian sawah Toili dan Toili Barat, lahan pertanian mengalami
kekeringan akibat irigasi kekurangan suplay air disertai kelangkaan pupuk.
Patutlah
kita berterima kasih. Tentu saja lewat tangan dingin dan kesabaran yang ikhlas,
Sofhian Mile, tak kenal lelah selama lebih dari enam hari berjibaku dengan
kritikan dan masukan dari petani langsung dari desa-desa yang mengalami masalah
pertanian di Kecamatan Toili dan Toili Barat.
Dari
dialog ke dialog dalam rangka “ba torney’ Sofhian Mile menerima banyak sekali
masukan dari masyarakat berkenaan dengan masalah pertanian yang muncul di
pedesaan. Setidaknya, empat masalah pertanian dan pedesaan yang mendesak di
sekitar Kecamatan Toili dan Toili Barat:
Pertama, status lahan pertanian yang tidak jelas atau diperlukan
perlindungan terhadap lahan-lahan pertanian yang terancam oleh alih fungsi
lahan untuk perkebunan komoditas skala besar seperti sawit dan lain-lain.
Bupati Banggai
Sofhian Mile menjawab masalah ini dengan kebijakan: Jeda izin dan Pembentukan
Panitia penelitian dan penyelesaian sengketa agraria di Kabupaten Banggai.
Merujuk pada Surat Keputusan Bersama Empat Menteri.
Kedua, Kelangkaan pupuk yang mengibatkan petani kesulitan
mendapatkan pupuk. Masalah pupuk ini berkenaan dengan kuota yang tidak cukup.
Bupati
Banggai Sofhian Mile menjawab masalah ini dengan mengutus kepala Dinas Pertanian
Haris Hakim ke tingkat provinsi untuk membicarakan kuota pupuk ini. Upaya ini
berhasil, dari 1.300 ton pupuk yang dialokasikan ke Sulawesi Tengah, Kabupaten
Banggai mendapatkan kuota 1000 ton. Dengan jumlah tersebut, masalah pupuk
pertanian bisa segera terselesaikan.
Ketiga, pengairan yang mengalami kekeringan. Beberapa pintu irigasi
mengalami masalah
akibat
terjadi pendangkalan. Air tidak bisa mengaliri pintu irigasi sehingga
sawah-sawah pun tidak bisa mendapatkan pasokan air.
Bupati
Banggai Sofhian Mile menjawab masalah ini dengan dua pendekatan: Pertama,
membicarakan kembali dengan pemerintah provinsi sebagai pemilik kewenangan
urusan pengairan; kedua, mengatasi masalah mendesak dengan mengerahkan
alat-alat berat untuk memperbaiki sementara tanggung irigasi yang mengalami
pendangkalan.
Keempat, masalah administrasi kependudukan dan
pelayanan kesehatan yang kini mendesak beberapa keluarga petani miskin.
Misalnya, urusan kependudukan KTP, Kartu Keluarga, dan Akta Kelahiran Anak.
Bupati
Banggai Sofhian Mile menjawab masalah ini dengan meluncurkan program pelayanan
paripurna bernama: Pelayanan SATU ATAP atau disingkat SATAP. Lewat kerjasama
antara dinas kesehatan, kependudukan, pendidikan dan lain-lain. Dibentuk posko
pelayanan satu atap yang bekerja menyelesaikan masalah kependudukan dan
pelayanan kesehatan yang mendesak. (tim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar