Jumat, 04 September 2015

Sofhian Mile Bentuk Tim Penyelesaian Sengketa Agraria Kabupaten Banggai

Kabar Kobar- Mengenakan kaos oblong berwarna cokelat dihiasi tawa pecah nampak menghiasi ruangan kecil berukuran 10 orang malam tadi. ‘Bung Kumis’ begitu para simpatisan Sofhian Mile menyebut orang nomor satu di Kabupaten Banggai tersebut.

Orang bisa saja menebar fitnah keji; menyebut Sofhian Mile dengan bermacam-macam personifikasi buruk. Tetapi mereka adalah orang-orang yang tidak mengenal lebih jauh sosok “om Fhian,”. Semua orang tahu, lelaki berkumis tebal itu adalah figur pemimpin berwibawa yang penuh dengan kesederhanaan.

Dalam suasana yang santai, malam tadi terjadi pertemuan yang tidak biasa. Bahkan yang dibicarakan pun tak nampak santai seperti tampilan diskusi. 

Sofhian Mile mengundang pejuang Agraria Eva Bande berdialog seputar konsep birokrasi pelaksanaan penyelesaian sengketa agraria di Kabupaten Banggai; Pembangunan Posko layanan Satu Atap; dan Layanan Pengaduan Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak.  

Tidak banyak yang tahu, ternyata sedari awal menjabat, Sofhian Mile telah merancang konsep penyelesaian sengketa agraria dengan melakukan ‘jedah’ izin. Pada bulan Agustus 2015, resmi ditandatangani tim penyelesaian sengketa agraria Kabupaten Banggai.

 “saya hampir tidak bernafas, ketika para konglomerat, yang entah asal mereka dari mana, meminta izin 45.000 hektar. Saya terdiam dan kaget, seperti tidak percaya,”.

Ya, selama 5 tahun, Sofhian Mile memendam pikirannya dan idealisme kerakyatan sendirian berjalan membangun pondasi birokrasi agraria dan perdesaan di Kabupaten Banggai.

” Entah apa yang ada dalam pikiran konglomerat itu, tetapi bagi saya, memberikan tanah dan lahan seluas 45.000 hektar kepada hanya 1 atau 2 pengusaha, adalah perbuatan keji. Saya berdiri mencegah kerakusan semacam ini,” tegas Sofhian, sembari menghela nafas panjang.

Kehadiran Eva Bande, perempuan yang dipenjara karena membela hak atas tanah petani di Kabupaten Toili; yang dirampas oleh salah satu konglomerat perkebunan. Diminta langsung oleh Sofhian Mile sebagai sebuah komitmen hendak memperbaiki tata kelola dan tata guna lahan di Kabupaten Banggai

” saya kira, pembentukan suatu unit atau badan penyelesaikan kasus atau sengketa agraria yang ditandatangani oleh pak Sofhian ini merupakan langkah yang tepat. Pak Sofhian merupakan satu-satunya bupati di Sulawesi, atau mungkin di Indonesia yang memiliki komitmen kelembagaan penyelesaian sengketa agraria. Rakyat Banggai membutuhkan ini, terutama basis-basis pendampingan aktivis selama ini,” ujar perempuan tiga anak tersebut.

Kabar gembira ini disambut dengan baik oleh Eva Bande beserta koalisi aktivis pejuang Agraria. Pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa Agraria di Kabupaten Banggai adalah suatu obor masa depan bagi masyarakat perdesaan. Sebuah komitmen yang tegas dinyanyikan dengan merdu oleh Sofhian Mile, seorang pelopor pembangunan dari desa. Sebuah komitmen yang sarat paradigmatik.

Pakai Mobil Dinas Tahun 2007 


Dalam kesempatan malam tadi. Eva Bande juga sempat bertanya pada Sofhian Mile soal isu miring yang berkembang belakangan ini digulirkan oleh lawan politiknya. Terutama menyangkut kehidupan elitis yang digaungkan secara negatif pada pribadi orang nomor satu di Kabupaten Banggai tersebut. Seperti biasa, Sofhian Mile menanggapi pertanyaan ini dengan senyuman yang ikhlas, “

“ Saya mungkin baru menceritakan ini, atau pernah satu dua kali. Bahwa Sekitar satu minggu setelah dilantik bupati, seorang datang pada saya. Ia menawarkan mobil baru untuk kendaraan dinas. Tetapi saya menolak, saya tanya untuk apa? Kan itu mobil masih bagus. Jadi sampai sekarang saya masih pakai dibeli mobil Land Cruiser accord, tahun 2007, dan belum ada pembeliam mobil baru untuk kendaraan dinas sampai sekarang. Sama juga dengan mobil yang ada di jakarta, yang dibeli pada tahun yang sama,” jawab Sofhian Mile.  

Semua tamu yang hadir dalam diskusi tersebut tercengang. Seakan tidak percaya, tetapi sungguh nyata. Bahwa selama menjabat lima tahun, forniture di rujab seluruhnya bukan dibeli baru, melainkan reparasi perabot yang sudah lama.

“perabot-perabot tersebut hanya diganti kulit saja. Bahkan sebagian kursi adalah barang-barang sudah ada digudang kemudian dikeluarkan untuk diperbaiki. AC juga semua yang ada dirujab barang lama,” tutupnya.  

Pernyataan tegas dari Sofhian Mile menjadi suatu penanda penting. Bahwa dibalik kewibawaan seorang Bupati Banggai ini, sesungguhnya tersimpan rapi kesederhanaan. Sosok yang menjaga aset negara menurut kemanfaatan. Bukan berdasarkan keinginan dan hasrat pribadi.

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Diskusi yang juga dihadiri oleh beberapa petinggi SKPD itu, juga dihadiri oleh Nini Angraini Mile sebagai ketua penggerak PKK Kabupaten Banggai. Tidak mau ketinggalan, perempuan berjilbab ini, mengeluarkan suara pelan tapi bergizi. Beliau didaulat dalam diskusi soal program  perempuan dan anak.

"Beberapa hari ke depan, akan dilakukan sejumlah pengukuhan pengurus Posko Layanan Pengaduan Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak. Lembaga ini untuk menangani kekerasan terhadap perempuan dan anak. Sudah ada kami bentuk, sebagai perwakilan PKK, ini sudah menjadi perhatian kami. Dalam waktu dekat acara pengukuhan akan dilakukan di Kecamatan Bunta,” ujar Nini, panggilan akrabnya.

Publik Banggai perlu berbangga, bahwa selain pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa Agraria. Pengukuhan TP2A tingkat Kecamatan Bunta adalah manifestasi dari Memorandum of Understand (Mou) dengan kelembagaan lintas sektor, seperti Kapolres Banggai, Rumah Sakit, Kejaksaan dan Pengadilan.

“ kerja pemberdayaan telah kita awali dengan program peningkatan kapasitas. Kita sudah beberapa kali mengutus pengurus mengikuti seminar di tingkat provinsi  dan di Jakarta. Saatnya mewujudkan Posko Pengaduan ini pada tingkat Kecamatan” ujarnya. (tim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar