Orang
bisa saja menebar fitnah keji; menyebut Sofhian Mile dengan bermacam-macam
personifikasi buruk. Tetapi mereka adalah orang-orang yang tidak mengenal lebih
jauh sosok “om Fhian,”. Semua orang tahu, lelaki berkumis tebal itu adalah
figur pemimpin berwibawa yang penuh dengan kesederhanaan.
Dalam
suasana yang santai, malam tadi terjadi pertemuan yang tidak biasa. Bahkan yang
dibicarakan pun tak nampak santai seperti tampilan diskusi.
Sofhian Mile
mengundang pejuang Agraria Eva Bande berdialog seputar konsep birokrasi pelaksanaan
penyelesaian sengketa agraria di Kabupaten Banggai; Pembangunan Posko layanan Satu
Atap; dan Layanan Pengaduan Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak.
Tidak
banyak yang tahu, ternyata sedari awal menjabat, Sofhian Mile telah merancang
konsep penyelesaian sengketa agraria dengan melakukan ‘jedah’ izin. Pada bulan
Agustus 2015, resmi ditandatangani tim penyelesaian sengketa agraria Kabupaten
Banggai.
“saya hampir tidak bernafas, ketika para
konglomerat, yang entah asal mereka dari mana, meminta izin 45.000 hektar. Saya
terdiam dan kaget, seperti tidak percaya,”.
Ya,
selama 5 tahun, Sofhian Mile memendam pikirannya dan idealisme kerakyatan
sendirian berjalan membangun pondasi birokrasi agraria dan perdesaan di
Kabupaten Banggai.
” Entah apa yang ada dalam pikiran konglomerat itu, tetapi
bagi saya, memberikan tanah dan lahan seluas 45.000 hektar kepada hanya 1 atau
2 pengusaha, adalah perbuatan keji. Saya berdiri mencegah kerakusan semacam
ini,” tegas Sofhian, sembari menghela nafas panjang.
Kehadiran
Eva Bande, perempuan yang dipenjara karena membela hak atas tanah petani di
Kabupaten Toili; yang dirampas oleh salah satu konglomerat perkebunan. Diminta
langsung oleh Sofhian Mile sebagai sebuah komitmen hendak memperbaiki tata
kelola dan tata guna lahan di Kabupaten Banggai
”
saya kira, pembentukan suatu unit atau badan penyelesaikan kasus atau sengketa
agraria yang ditandatangani oleh pak Sofhian ini merupakan langkah yang tepat.
Pak Sofhian merupakan satu-satunya bupati di Sulawesi, atau mungkin di Indonesia
yang memiliki komitmen kelembagaan penyelesaian sengketa agraria. Rakyat
Banggai membutuhkan ini, terutama basis-basis pendampingan aktivis selama ini,”
ujar perempuan tiga anak tersebut.
Kabar
gembira ini disambut dengan baik oleh Eva Bande beserta koalisi aktivis pejuang
Agraria. Pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa Agraria di Kabupaten Banggai
adalah suatu obor masa depan bagi masyarakat perdesaan. Sebuah komitmen yang
tegas dinyanyikan dengan merdu oleh Sofhian Mile, seorang pelopor pembangunan
dari desa. Sebuah komitmen yang sarat paradigmatik.
Pakai Mobil Dinas Tahun 2007
Dalam
kesempatan malam tadi. Eva Bande juga sempat bertanya pada Sofhian Mile soal
isu miring yang berkembang belakangan ini digulirkan oleh lawan politiknya. Terutama
menyangkut kehidupan elitis yang digaungkan secara negatif pada pribadi orang
nomor satu di Kabupaten Banggai tersebut. Seperti biasa, Sofhian Mile
menanggapi pertanyaan ini dengan senyuman yang ikhlas, “
“ Saya mungkin baru menceritakan ini, atau pernah
satu dua kali. Bahwa Sekitar satu minggu setelah dilantik bupati, seorang
datang pada saya. Ia menawarkan mobil baru untuk kendaraan dinas. Tetapi saya
menolak, saya tanya untuk apa? Kan itu mobil masih bagus. Jadi sampai sekarang
saya masih pakai dibeli mobil Land Cruiser accord, tahun 2007, dan belum ada
pembeliam mobil baru untuk kendaraan dinas sampai sekarang. Sama juga dengan
mobil yang ada di jakarta, yang dibeli pada tahun yang sama,” jawab Sofhian
Mile.
Semua
tamu yang hadir dalam diskusi tersebut tercengang. Seakan tidak percaya, tetapi
sungguh nyata. Bahwa selama menjabat lima tahun, forniture di rujab seluruhnya
bukan dibeli baru, melainkan reparasi perabot yang sudah lama.
“perabot-perabot
tersebut hanya diganti kulit saja. Bahkan sebagian kursi adalah barang-barang
sudah ada digudang kemudian dikeluarkan untuk diperbaiki. AC juga semua yang
ada dirujab barang lama,” tutupnya.
Pernyataan
tegas dari Sofhian Mile menjadi suatu penanda penting. Bahwa dibalik kewibawaan
seorang Bupati Banggai ini, sesungguhnya tersimpan rapi kesederhanaan. Sosok
yang menjaga aset negara menurut kemanfaatan. Bukan berdasarkan keinginan dan
hasrat pribadi.
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
"Beberapa hari ke depan, akan dilakukan sejumlah pengukuhan pengurus Posko
Layanan Pengaduan Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak. Lembaga ini untuk
menangani kekerasan terhadap perempuan dan anak. Sudah ada kami bentuk, sebagai
perwakilan PKK, ini sudah menjadi perhatian kami. Dalam waktu dekat acara pengukuhan
akan dilakukan di Kecamatan Bunta,” ujar Nini, panggilan akrabnya.
Publik
Banggai perlu berbangga, bahwa selain pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa
Agraria. Pengukuhan TP2A tingkat Kecamatan Bunta adalah manifestasi dari Memorandum of Understand (Mou) dengan
kelembagaan lintas sektor, seperti Kapolres Banggai, Rumah Sakit, Kejaksaan dan
Pengadilan.
“ kerja pemberdayaan telah kita awali dengan program peningkatan
kapasitas. Kita sudah beberapa kali mengutus pengurus mengikuti seminar di
tingkat provinsi dan di Jakarta. Saatnya
mewujudkan Posko Pengaduan ini pada tingkat Kecamatan” ujarnya. (tim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar