Penulis:
Dewi Tope

Ada satu slide yang
buat otak dan nalar saya kerja mengambil kesimpulan berdasarkan fakta yang
muncul dari slide tersebut. Tertulis kurang lebih seperti ini,
” bahwa rata2
penduduk miskin berada di perdesaan terutama Sulawesi Tengah,”.
Seperti
umum diketahui bahwa faktor kemiskinan salah satunya berada di daerah terpencil,
dan terluar yang jarang disentuh karena berbagai hambatan, salah satunya akses
yang sulit. Akhirnya saya sampai pada titik pemikiran bahwa seorang pemimpin
wilayah, untuk dapat mengurangi angka kemiskinan demi mensejahterakan
masyarakatnya, harus memprioritaskan pembangunan pada perdesaan.
Hal
ini saya dapati di Kabupaten Morowali pada periode kepemimpinan Anwar Hafid periode
2008-2012. Program dan kegiatan yang ada di APBD, berorientasi pada kebutuhan masyarakat
perdesaan, misalnya, mendapatkan akses pendidikan yang layak, kesehatan, perluasan
areal pertanian berupa cetak sawah hingga 4000 ha, alat-alat tangkap perikanan,
pemberdayaan masyarakat lokal bantuan modal usaha.
Sementara
itu, dari segi infrastruktur akses sarana prasarana jalan,jembatan dl juga
dibangun. Pengembangan perkebunan rakyat juga dilakukan misalnya pembagian
berbagai jenis bibit berupa, sawit, coklat, pala, cengkeh dll. Sedangkan dari
peternakan jenis bibit sapi, kambing, babi, dan berbagai jenis unggas. Semuanya
dipenuhi demi kesejahteraan masyarakat sebagai upaya mengurangi angka
kemiskinan.
Hal
yang sama pun saya lihat dari program pembangunan Sofyan Mile Bupati Banggai yang
selalu menyerukan pembangunan dari desa. Yang diartinya adalah peningkatan
kesejahetraan masyarakatnya dan mengurangi angka kemiskinan. Hal ini dapat dibuktikan bahwa dari sejumlah
kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sulawesi Tengah, Banggai berada di urutan
ke dua angka kemiskinan terkecil pada tahun 2013 yaitu 9,81 persen dan urutan
pertama terkecil adalah Kota Palu hanya 7.24 persen.
Tentu saja banyak faktor yang
mempengaruhi catatan keberhasilan ini. Tetapi sebagai masyarakat yang hidup dan beraktivitas
di dua daerah ini (Morowali dan Banggai), banyak hal yang saya dapati sebagai
pelajaran.
Memang
tak ada pemimpin yang sempurna, semua pasti ada baik dan buruknya. Tapi itulah
manusia, bukan Tuhan. Demikian goresan kata-kata ini saya buat. Semoga bisa
bermanfaat bagi Kab Banggai yang kita cintai. Banggai yang sebentar lagi memasuki
pilkada; semoga bisa mendapatkan
pemimpin yang selalu mementingkan kepentingan rakyatnya. Amin
*Penulis
adalah Perempuan Kelahiran Kota Luwuk berdarah Balantak- sehari-hari sebagai
ibu Rumah Tangga)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar