Selasa, 13 Oktober 2015

HM. Sofhian Mile : Mari Selamatkan Bumi Dari Kekeringan

KabarKobar- Air bersih bagi beberapa daerah perdesaan di Kabupaten Banggai merupakan sarana vital untuk memenuhi kebutuhan pokok. Tidak saja pada musim kemarau seperti sekarang ini, tetapi memang dibutuhkan setiap saat untuk menyuplai kebutuhan masyarakat yang jauh dari sumber-sumber alamaiah seperti sungai, mata air, dan pancuran.

Pengelolaan air pada daerah yang tidak dijangkau oleh PDAM, Bupati Banggai, HM. Sofhian Mile mengagas konsep pengelolaan air berbasis sarana kolektif. Sebagaimana yang nampak dalam peresmian Sarana Air Bersih Desa Buon Mandiri Kecamatan Luwuk Utara, 12 Maret 2015.

Pembangunan sarana air bersih memang tidak mudah. Selain karena biayanya cukup besar, memastikan sumber air yang terjangkau dan berkelanjutan juga seringkali menjadi kendala. Pada musim kemarau seringkali sumber mata air terdekat mengalami kekeringan sehingga diperlukan jangkauan yang lebih panjang untuk menemukan sumber mata air yang baru.

Perubahan rona alam dalam beberapa tahun terakhir, terutama efek dari “climate change “ atau perubahan iklim. Disadari benar oleh HM. Sofhian Mile dibutuhkan spot tertentu yang berfungsi sebagai daerah penyangga. Oleh karena itu, konsep pengelolaan ekonomi perdesaan penting menaruh perhatian besar terhadap keberlangsungan ekosistem, baik itu kawasan bakau pesisir, terumbu karang, tegakan hutan, bantaran sungai dan daerah-daerah penyangga. Selama menjabat, hampir setiap tahun HM. Sofhian Mile menggalakan program dan kegiatan revitalisasi kawasan penyangga dan penanaman pohon.

Apa yang dikhawatirkan oleh HM Sofhian Mile terbukti. Saat ini musim kemarau yang panjang tidak saja menyulitkan petani sawah yang kesulitan mengakses pengairan sawah. Tetapi juga berdampak pada akses air bersih untuk melayani kebutuhan sehari-hari. Banyak kawasan hutan yang dulu sanggup menyimpan air yang lebih banyak, telah beralih fungsi menjadi perkebunan “rakus air” seperti sawit dan daerah-daerah penambangan. Akibat dari perubahan rona alam semacam ini, berdampak langsung pada produktivitas pertanian di perdesaan.

Sumber-sumber air yang semestinya diolah berdasarkan cadangannya seperti air bawah tanah, air permukaan, air angkasa secara bersamaan mengalami devisit. Curah hujan yang rendah dengan keterbatasan penangkapan air bawah tanah dan permukaan membuat proses kekeringan terjadi lebih cepat dari yang diperkirakan. Mari jadikan, musim kemarau kali ini sebagai sebuah proses belajar. Lebih menghargai dan menjaga keutuhan ekosistem dari kerusakan. Menjaga lingkungan sama dengan menyelamatkan sumber-sumber air bagi perdesaan. Satukan Sikap: Selamatkan sumber air! (tim) 

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar