Kamis, 26 November 2015

Imajinasi Yang Dibutuhkan

KabarKobar-“Vox populi, vox dei "suara rakyat adalah suara Tuhan. Siapa yang dekat dengan rakyat akan dekat dengan tuhan. Demikian kalimat penutup yang diucapkan oleh H.Sofhian Mile, dalam Safari Pilkada yang digelar Kapolres Banggai, Dandim, Kejati, dan KPUD Kabupaten Banggai beberapa hari yang lalu. Sebuah semboyan yang meneguhkan kuasa rakyat dalam relasi kekuasaan politik sebagai suatu optimisme dan keyakinan.


Semboyan bersejarah itu, mengingatkan kita pada jejak seorang pria berkepala plontos berkacamata berperawakan kurus. Badannya hanya dilapisi selembar kain putih berjalan tanpa menggunakan alas kaki. Sifatnya yang paling terkenal adalah lembut tidak hanya dalam sehari-hari tapi melingkupi pandangan politiknya. Ia adalah Mahatma Gandhi, atau dengan nama lengkap Mohandas Karachmad Gandhi, yang lahir di India tepatnya tahun 1869. Pria itu dikenang dunia hingga kini, mengalahkan anak politiknya; Jawahlal Nehru.

Pembicaraan seputar sejarah orang-orang hebat bertujuan untuk dikenang beserta segala apa yang ia perjuangkan. Aktivis Sosio-Politik, begitu orang-orang cendekiawan dan akademisi memberikan penggambaran tentang apa yang telah dipraktikan oleh Gandhi. Ia berjuang melawan diskriminasi rasial, ketidakadilan, kolonial, kekerasan di atas fitnah dan hujatan dengan cinta dan perdamaian. Lelaki itu percaya penuh pada kekuatan rakyat!

Apa yang membuat Gandhi bertahan?

Imajinasi! Ya, tepatnya suatu bayangan masa depan yang menjadi tujuan. Ia melihat kebahagiaan di depan matanya saat berjalan di atas kerikil tanpa alas kaki. Sesuatu yang dibayangkan itu seperti semboyan Soekarno: Jebol bangun Jebol. Ini suatu frasa yang diperas sebagai kebangkitan; sebagai daya imajinasi; dan kekuatan. Mereka berdua, selalu membuka harapan, memantapkan keyakinan publik pada apa yang akan diperjuangakan dan dimenangkan.

Jean Jacques Rousseau (1712-1778), menulis sebuah teori tentang Du Contract Social yang artinya bahwa negara terbentuk atas dasar kesepakatan antara rakyat dan penguasa untuk membentuk sebuah negara. Oleh karena itu, negara harus berdasarkan kedaulatan rakyat sehingga pemerintahan yang baik adalah pemerintahan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Prinsip ini yang kemudian hari dikenal dengan istilah demokrasi.

Inilah salah satu kunci dibalik ketokohan yang mendunia itu. Mereka memiliki keyakinan untuk mewujudkan apa yang diperjuangkan oleh mereka. Inti dari segalanya adalah kekuasaan akan memihak kemana. Kekuasaan politik seperti dayung perahu di tengah samudera biru, diperlukan suatu imajinasi yang dapat menuntun segala keputusan. Orientasi yang bekerja padanya menyangkut soal paradigma atau pandangan dunia sebagai dasar pijak.

Dalam konteks Kabupaten Banggai. H.Sofhian Mile sosok yang berani meneguhkan kepercayaan publik tentang suatu imajinasi; Membangun Dari Desa. Bagi dia, basis negara adalah desa, dan basis berdirinya desa adalah petani, nelayan, pekerja, ibu rumah tangga, pemuda-pemudi desa. Semua itu tenaga penyokong pembangunan yang memiliki potensi mengangkat derajat pembangunan, jika diberikan perhatian yang tinggi. Tidak hanya soal bagaimana mereka mendapatkan akses semata, tetapi menanamkan keyakinan bahwa mereka subjek pembangunan, menjadi variabel kapital-modal yang melimpah.

Dasar pijak pembangunan ini yang dimengerti secara luas sebagai konsepsi ‘makan bubur dari pinggir”. Yakni mengakselerasi pembangunan dimulai dari merencanakan pembangunan hingga ke pemberdayaan sektor ekonomi produktif. Basis utama dari perencanaan ini adalah potensi unggulan di setiap teritori, wilayah yang ke depan dibayangkan sebagai suatu kawasan-kawasan pertumbuhan baru.


Dengan demikian, seluruh potensi setiap wilayah diberdayakan, diberikan fasilitas produksi, distribusi dan pasar yang dapat menjangkau produk unggulan dari masing-masing perdesaan. Inilah yang disebut dengan “suara rakyat suara tuhan,”. Memberikan kedaulatan politik, kebijakan, pembangunan dalam paradigma yang memihak, baik di atas kertas maupun dalam realisasi lapangan. (tim)    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar