Sabtu, 14 November 2015

Pentingnya Lawan Tukang Fitnah

KabarKobar-Seekor ayam yang baru belajar selalu berkotek tidak mengenal waktu. Bisa saja ia berkotek mulai dari pagi hari sampai tengah malam, digot-got, di taman-taman, di kandang-kandang maupun di pohon-pohon. Sedangkan ayam yang telah dewasa dan berpengalaman, ia akan berkotek pada tempat-tempat tertentu.


Demikian pula adanya dalam realitas politik, seorang politisi yang kurang berpengalaman akan bicara sembarang, tidak mengenal waktu dan tempat. Tetapi politisi yang berpengalaman, hanya akan membicarakan sesuatu hanya waktu-waktu penting dan tempat-tempat yang dianggap layak. Apalagi, kalau isi pembicaraan didasari pada konteks subjektif, naluri belaka, tanpa data-data dan sumber informasi yang otoritatif, dapat dipercaya. Maka terang saja, seluruh audiens, atau pendegar, lawan bicara yang menyaksikan proses itu akan tersesat dalam nuansa kebencian tanpa ujung.

Belakangan ini santer sekali, desas-desus berisi cerita bohong di desa-desa. Seorang politisi kalau bicara muatannya cuma seputar caci maki, fitnah dan pemutarbalikkan fakta. Muncul keresahan di sebagian warga desa, mereka khawatir jika hal itu akan menimbulkan disharmonisasi. Kata orang desa, mereka bicara “bak orang mabuk”. 

Ya, apa yang disaksikan oleh orang-orang desa itu, merupakan isi hati yang paling dalam. Sebuah ungkapan keresahan yang tergambarkan sebagai bentuk pengeluhan murni. Bahayanya, para tukang fitnah menyebarluaskan informasi sesat bahkan di media-media resmi, penuh tendensi, dan mengabaikan hak-hak publik atas informasi yang benar.

Tetapi sebagian masyarakat yang bijak berpendapat, bahwa orang-orang memfitnah, tidak akan mendapatkan pengakuan baik di tengah-tengah konstituen; mereka akan terhempas. Karena manusia ini, ada sifat kejujuran. Orang-orang yang melakukan fitnah, mereka tidak memiliki basic informasi dan pengalaman untuk membangun opini dan membangun masyarakat itu sendiri dari segi fisik dan mental, apalagi spiritual. Karena fitnah maka rusak lah suasana spiritual. Orang yang selalu melakukan fitnah adalah berwatak arogan cenderung mengandalkan materi dan otot.

Sedangkan sebagian dari mereka menilai bahwa sekarang ini kita patut dan perlu membangun kerangka kerja yang amat luas. Sudah barang tentu, fitnah yang berjalan tidak bisa dibiarkan begitu saja. Sudah menjadi kebiasaan yang dipakai untuk mencapai tujuan politik. Demikian pentingnya perkara ini, sehingga harus ada upaya bersama untuk memberikan penilaian dan pencegahan pada fitnah.

Dalam melakukan propaganda, seorang tukang fitnah akan memberikan informasi yang salah dan tidak akurat pada masyarakat. Tujuan mereka untuk menyebarkan informasi yang sesat, agar kandidat lain tidak mendapatkan tempat di tengah-tengah masyarakat. Jika tujuan mereka berhasil, masyarakat akan termakan dengan bujuk rayu dan tipu daya itu, segera menelan mentah-mentah seluruh informasi yang sesat sebagai bagian dari pertimbangan menjatuhkan pilihan politik. Segala yang terjadi dalam pertimbangan itu akan menjadi kerangka dasar yang kurang dimengerti sebagai dasar yang menarik pada masa depan.

Jika fitnah terus dibiarkan, maka seluruh warga Kabupaten Banggai akan hidup dalam cerita karangan palsu. Sebuah narasi yang dituliskan dengan skenario berbasis fitnah yang bertujuan menghancurkan martabat dan kerja-kerja nyata pihak lain. Oleh karena itu, sudah sepantasnya, sebagai makluk yang berakal, segala bentuk fitnah harus dilawan dengan penyebaran informasi yang benar, sehat, jujur dan akurat.


Menghadapi fitnah orang harus betul-betul memberikan informasi yang akurat, dan dapat dilihat oleh masyarakat itu sendiri. Sehingga masyaraaat tanpa diajak, mereka bisa menilai apakah sebuah informasi benar atau tidak. Segala fitnah akan hilang dari benak mereka. Apa yang telah disampaikan itu, secara aktual dirasakan dan dinikmati, dan memiliki faedah bagi kehidupan sehari-hari. Bahwa fitnah itu, bagian dari pada menunjukkan bahwa yang melakukan fitnah adalah orang yang tidak mampu berbuat.(tim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar