
“saya
perlu sampaikan pada saudara-saudara, negara ini butuh ongkos untuk membiayai
pembangunan. Dari mana ongkos itu didapatkan? Ongkos itu didapatkan dari sektor
penerimaan negara. Sektor penerimaan negara itu dari berbagai macam sumber,
pajak, bagi hasil, dan sumber-sumber lainnya. Kalau seseorang membeli rokok di
kios, sabun, dan barang-barang kebutuhannya, negara telah memotongnya sebagai
pajak. Itulah penerimaan negara,” ujarnya.
Lebih
lanjut ia menyampaikan, anggaran yang dikelola oleh pemerintah daerah bersumber
dari pajak yang dibayarkan oleh rakyat.” APBD itu bukan uang saya, jadi uang
itu bukan untuk beli mobil pribadi. Tetapi uang itu harus dipergunakan untuk
membiayai kegiatan pembangunan,” tegasnya.
Oleh
karena itu, proses demokrasi kata dia, harus benar-benar dikontrol oleh
masyarakat. Pilkada adalah wadah yang diberikan oleh negara agar rakyat
berpartisipasi penuh. Dengan demikian, rakyat harus mendapatkan pendidikan
politik yang jujur, terbuka, bermartabat agar ia bisa menentukan pilihannya.” Kalian,
melalui APBD yang membiayai kepanitiaan pilkada, jadi sudah seharusnya rakyat
mendapatkan edukasi politik. Bukan fitnah, dan pemutarbalikkan fakta,”
terangnya.
Proses
demokrasi adalah bagaimana mendorong yang tidak adil menjadi adil, yang korup
menjadi tidak korup, yang tertutup menjadi terbuka. Itulah proses
demokratisasi. “ tapi saya ingin bertanya pada saudara-saudara, kalau kapitalis
menguasai parlemen, dan menguasai eksekutif, lalu siapa yang lagi yang mengontrol
pembangunan. Apakah kapitalis akan berdiri melindungi kepentingan
saudara-saudara?,” tegas Sofhian Mile.
“Malam ini saya mengajak saudara-saudara bergabunglah bersama kami, SMILE-SUKA, kita bangun Banggai ini dengan semangat persaudaraan keadilan, dan perjuangan. Perjuangan memang membutuhkan pengorbanan. Kita telah diajarkan oleh berbagai tokoh di dunia, seperti Mahatma Gandi, Jawahlal Nehru, Soekarno, dan tokoh yang berjuang untuk bangsanya,” Jelasnya.
Dalam
pidato penutupnya, Sofhian Mile menyampaikan, pilkada ini adalah arena
perjuangan.” Dalam politik kita bisa beraliansi taktis pada pada siapa saja,
tetapi tidak untuk substansi. Apa itu substansi? Yaitu martabat rakyat, hak
rakyat, dan kehidupan yang seadil-adilnya,” tegasnya.
“Saya
berani mengatakan ini, dihadapan saudara-saudara karena kalian adalah saudara
saya, saya adalah anak rakyat, anak seorang imam kampung. Seperti anak lainnya,
saya lahir dan besar di Kota ini, mandi di kuala dan lain-lain. Jadi saya tidak
ingin harkat dan martabat kita semua diinjak-injak oleh kapitalis, dihina, dan
dicaci maki. Mereka mempraktikan politik warisan belanda dan Jepang, yaitu: “double
crossing” (adu domba), menebar kebencian dan permusuhan. Jadi bersatulah,” serunya.
Warga
Mangkio berseru dan berulang kali meneriakan yel-yel nomor urut satu sebagai
bentuk apresiasi terhadap pidato Politik HM.Sofhian Mile. Mereka bahkan menandu
Sofhian Mile dan Sukri Djalumang, sebagai bentuk simbolisasi adat sebagai
pemimpin yang didambahkan oleh rakyat.(tim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar