KabarKobar-Serikat
Petani Batui Toili Raya (SPBTR) membantah tudingan atau klaim yang menyebut
mereka mendukung kandidat lain. Manuver politik yang mengarahkan klaim melalui
propaganda media cetak dengan menaruh foto Ketua Serikat Petani Toili dalam
dokumentasi adalah salah kaprah. Hal itu disampaikan oleh Ketua Serikat Petani
Batui-Toili Raya Nasrun Mbau, dalam siaran persnya yang dikirimkan ke redaksi
KobarOnline, 21/11/2015.
Menurut
Nasrun Mbau, Serikat Petani Batui-Toili Raya telah membangun kerjasama dalam bentuk
kontrak Politik dengan SMILESUKA. Dalam kontrak politik itu disebutkan beberapa
penegasan, misalnya pembentukan panitia penyelesaikan konflik agraria di
wilayah hutan, tanah-tanah adat, redistribusi tanah bagi petani miskin
penggarap, dan peningkatan layanan pendidikan dan kesehatan bagi rakyat miskin.”
“Kami telah membangun kerjasama politik dengan SMILESUKA. Kontrak politik itu tidak main-main, berisi kepentingan rakyat tani. Oleh karena itu, kami seruhkan dan tegaskan, kami mendukung terbuka pasangan HM.Sofhian Mile dan Sukri Djalumang dengan tagline SMILESUKA, nomor urut 1,” tegasnya.
Lebih
lanjut Nasrun Mbau mengatakan, penegasan ini penting. Kata dia, politik adalah
prinsip, sekali menegaskan sikap tidak boleh sembunyi-sembunyi.” Banyak orang
menggunakan kedekatan saya secara pribadi untuk dieksploitasi sebagai dukungan,’
ujarnya. Selain itu, lanjut Nasrun Mbau, manuver politik yang menggiring opini
publik telah berkembang menjadi stigma untuk memutar arah gerak haluan massa
yang makin deras ke kubu SMILESUKA.
“Kami
yang terdiri dari 12 sayap serikat tani tegas mendukung SMILESUKA karena
kesamaan pandangan. Masalah agraria bagi kami sangat prinsip, kami ingin
berafiliasi politik dengan tokoh yang berani menentang perluasan sawit dan
punya kerangka penyelesaian konflik agraria,” jelasnya.
Nasrun
Mbau, adalah tokoh petani di dataran Toili yang berani mengungkap kasus-kasus
agraria yang menjadi saudara mereka, orang Taa, petani transmigrasi sebagai
korban. Pria ini adalah aktivis massa tani yang dikenal sabar dan santun. Ia
juga adalah seorang imam mesjid di Desa Singkoyo Kecamatan Toili. Sampai hari
ini perjuangannya untuk pengembalian tanah adat yang dijadikan konsesi HGU,
tidak pernah surut. Meskipun terjal, jalan ini ia yakini sebagai kebenaran yang
tidak bisa dibayarkan dengan nilai kebendaan yang lain.
Beberapa
pekan yang lalu, salah satu penyandang dana kandidat lain membangun mesjid di
Singkoyo. Awalnya, pembangunan mesjid itu disepakati tidak berhubungan dengan
politik. Tetapi pada saat peletakan batu pertama, tiba-tiba penyandang dana itu
membawa kandidat calon Bupati Banggai. Nasrun Mbau terjebak dan dengan terpaksa
mengangkat jari simbol pemenangan kandidat tertentu. Berita itu menyebarluas
dengan cerita berbeda, seolah-olah menjadi dukungan petani Toili, padahal
sesungguhnya sebuah kecelakaan persepsi. (tim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar